Mengenal Sekilas Laporan Keuangan (7)

(sambungan dari part 6)

Costs of Goods Sold (COGS)

Dalam bahasa Indonesia Cost of Goods Sold dikenal sebagai HPP atau Harga Pokok  Penjualan (ada juga yang menyebutnya sebagai Harga Pokok Produksi). Ini merupakan segala biaya yg dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses membeli dan memproses bahan baku hingga menjadi Produk (Barang Jadi) yg dijual perusahaan itu.

Biasanya COGS ini terdiri dari 3 komponen utama :

  • Direct Materials/Pembelian Bahan Baku Langsung, ini merupakan segala material yg masuk ke dalam barang Jadi.
  • Direct Labor/Tenaga kerja Langsung, yaitu segala biaya tenaga kerja yg dipakai utk memproses bahan baku menjadi barang jadi. Tenaga karyawan perusahaan yg tidak berkaitan dengan proses produksi, misalnya tenaga akunting, tidak dimasukkan di sini.
  • Manufacturing Overhead, yaitu segala biaya lainnya yang dikeluarkan yang terkait dengan proses produksi, tetapi tidak termasuk ke dalam kategori Direct Materials ataupun Direct Labor. Contohnya dalam hal ini adalah misalnya penyusutan mesin, biaya listrik untuk operasi mesin, dll.

Hasil pengurangan Sales (Penjualan) dengan COGS, adalah disebut Gross Profit ataupun Gross Income (di Indonesia dikenal sebagai Laba Kotor).

Operating Costs

Dalam Income Statement, Gross Profit di atas lalu dikurangi lagi dengan biaya yang dikenal sebagai Operating Costs. Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kategori ini adalah berbagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam operasional utamanya, tetapi tidak terkait dengan proses ‘produksi’-nya.

Sebagai ilustrasi, gaji karyawan administrasi dan accounting akan dimasukkan ke dalam biaya ini. Demikian juga dengan gaji tenaga sales dan marketing. Ini karena pegawai-pegawai tersebut tidak terlibat secara langsung di proses produksi. Contoh lainnya biaya yang termasuk ke dalam operating costs misalnya adalah biaya promosi dan iklan ataupun penyusutan asset-asset perusahaan yang tidak terkait dengan proses produksi, spt mobil operasional.

Hasil pengurangan Gross Profit dengan Operating Costs akan menghasilkan Operating Profit atau dikenal juga sebagai Operating Income. Perlu diketahui bahwa Operating profit ini adalah salah satu angka yang paling diperhatikan seorang Value Investor dalam melakukan analisa fundamental laporan keuangan. Alasannya sederhana, yaitu karena pada intinya ketika seseorang membeli saham, ia membeli bisnis di belakang saham tersebut, dan pada akhirnya nilai sebuah bisnis sakan angat tergantung kepada kemampuan bisnis tersebut untuk menghasilkan keuntungan dari operasinya.

—–oOo—–

Di dalam part 6 artikel ini, saya telah menuliskan bahwa setiap Income Statement terdiri dari 3 komponen utama, yaitu Revenue (pendapatan), Costs (Biaya) dan Net Income. Sampai saat ini, kita telah melihat 2 komponen pertama, tetapi sebelum kita sampai ke komponen ke 3 (Net Income), kerap kali kita akan menemukan komponen kecil, yaitu Non-Operating Income & Expenses

Non-Operating Income & Expenses dalam suatu Income Statement, mencatat berbagai pendapatan dan pengeluaran perusahaan yang tidak terkait dengan operasional utama perusahaan. Sebagai ilustrasi, pendapatan yang termasuk ke dalam kategori ini adalah bunga dan deviden yang diterima perusahaan dari berbagai investasinya di obligasi dan saham.

Dalam kategori ini, ada juga suatu pengeluaran yang perlu diperhatikan, yaitu Extraordinary Item atau juga kerap dikenal sebagai Non-Recurring Charges. Pengeluaran ini pada awalnya dipakai untuk mencatat segala pengeluaran yang ‘tidak terduga’ dan tidak akan terjadi setiap tahun, misalnya saja kerugian akibat bencana banjir. Tetapi dalam perjalanannya, tidak sedikit perusahaan yang menyalah-gunakan pengeluaran ini dengan memasukkan hal-hal yang sebenarnya kurang layak dimasukkan’. Oleh karena itu, investor perlu waspada jika menemukan biaya Non-Recurring Charges yang keluar terus menerus secara rutin di setiap laporan keuangan dalam jumlah yang relatif besar.

Operating Income ditambahkan dengan dengan Non-Operating Income & Expenses akan menghasilkan suatu angka yang dikenal sebagai EBIT (Earnings Before Interest and Tax). Ini karena angka ini menunjukkan seluruh keuntungan perusahaan dalam tahun itu, sebelum dipotong pengeluaran untuk membayar bunga (interest) utk pinjamannya dan juga pajak (tax).

Sebagai catatan tambahan, terkait dengan EBIT, ada suatu angka pula yang mungkin akan kerap ditemukan teman-teman pembaca, yaitu EBITDA (Earnings Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization). Angka EBITDA bisa didapatkan dengan cara menambahkan EBIT dengan seluruh nilai Depreciation (penyusutan) dan juga Amortization (amortisasi) yang ada di dalam Income Statement.

Angka EBITDA ini sendiri kerap diumbar oleh pihak-pihak tertentu karena angka Earnings (laba) ini tentunya akan lebih besar dibandingkan dengan EBIT. Alasan yg kerap dipakai oleh para pemakai EBITDA adalah bahwa mereka menganggap depresiasi dan amortisasi bukan pengeluaran riil, karena perusahaan sebenarnya tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk depresiasi dan amortisasi. Tetapi Warren Buffet menentang sekali pihak manajeman perusahaan yang menggunakan angka EBITDA, dan pernah mengeluarkan komentar di bawah ini:

‘Depreciation and Amortization are REAL costs! References to EBITDA make us shudder—does management think the tooth fairy pays for capital expenditures?’

(depresiasi dan amortisasi adalah biaya riil! Pemakaian angka EBITDA membuat kami bergidik-Apakah pihak manajemen berpikir bahwa peri yg baik hati yang akan membayar untuk pembelian barang modal’?)

Charlie Munger, partner Buffet pun mempunyai komentar yang tidak kalah kerasnya mengenai penggunaan EBITDA:

‘Wherever you read EBITDA, you should substitute itu with BULLSHIT EARNINGS’

(setiapkali anda membaca kata EBITDA, anda harus menggantikannya dengan kata LABA OMONG KOSONG)

Sebagai catatan tambahan, EBITDA bukan angka resmi yang diakui dalam GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).

—–oOo—–

Kembali kepada angka EBIT, dalam Income Statement angka EBIT diproses lebih lanjut yaitu dengan cara mengurangkannya dengan Interest (bunga) dan Tax (pajak) yang harus dibayarkan oleh perusahaan itu. Setelah dikurangi dengan Interest dan Tax, maka didapatkanlah komponen utama ke 3 dalam Income Statement, yaitu  Net Earnings perusahaan tersebut, yang di Indonesia biasanya dikenal sebagai Laba Bersih sesudah pajak.

(bersambung ke part 7)

20 Comments

Filed under Pemikiran tentang Investasi

20 responses to “Mengenal Sekilas Laporan Keuangan (7)

  1. Bluechip

    Cuma mau sdikit koreksi aj..GAAP (Generally Accepted Accounting Principle) di indonesia dsebut juga PSAK..Artikel2 yang dbahas dalam juga y..Ky ttg laporan keuangan udah seperti kuliah accounting..Hebat bro kuliah gratis..Maju trus d..

  2. Akhirnya muncul juga seri tulisan laporan keuangan 🙂
    Bro, saya masukkan blog Anda, pada Blogroll saya…berbagi buat pengunjung yg pengen tau masalah investasi secara mendalam..halah..
    Tq.

  3. iya ya, baru sadar..kok GAAP saya tulisnya sebagai Generally Accepted Accounting Practice ya?? hahaha… yang benar adalah spt yg Bluechip tulis : Generally Accepted Accounting Principles, nanti saya edit…. mungkin waktu nulis sudah agak ngantuk… 🙂

    Thanks atas koreksinya

  4. EBIT vs EBITDA, saya lebih pilih EBIT, karena depresiasi dan amortisasi memang biaya riil.

  5. soyjoy76

    Mau komen ya, mas Edison..
    Bullshit apa ngganya angka EBITDA itu tergantung yang ngeliat, mas. Kalo auditor memang berkepentingan untuk memeras lagi angkanya sampai jadi EBIT, karna EBIT = Accounting Profit. Tapi kalo orang keuangan, let’s say orang perbankan akan lebih concern ke EBITDA karna lebih mencerminkan kemampuan riil si debitur (in case lagi nganalisa lap L/R debitur) dalam membayar kewajiban bunganya. Gitu aja mas…
    Btw, blog mas Edison termasuk favorit gue. Mohon ijin majang link-nya di blog gue yah… http://www.soyjoy76.wordpress.com

  6. soyjoy76

    Ah…maafkan komen gue yg sebelum ini mas… (gara-gara speed reading yang kebablasan)… Gue pikir EBIT yg dimaksud di sini = laba bersih. Maapkeun… maksudnya EAT=Accounting Profit.
    Silahkan abaikan komen gue sebelumnya *malu*

  7. menambah wawasan value investing?
    ebook / MP3 / video

    benjamin graham
    warren buffett
    super investor and others value oriented fund manager?

    check this out
    gudangilmuinvestasi.blogspot.com

  8. dikantor saya dulu pake ebitda tapi kalo saya tanya chiefnya dapatnya darimana dia mbulet jawabnya..maklum saya sebagai orang operasional pingin tau juga detailnya.biasanya dikasi tau print outnya.
    ngomong2 ada prinsip FIFO juga di blog saya hari ini mas..tapi dalam hal ngebir..haaaa

  9. gunawan

    di tunggu part 8 nya….thanks

  10. wien

    thank’s bro…lanjutan nya (part 8 yah???) di tunggu bangeeeeeeets..!!!!!

  11. yulia

    Paparan yang sangat komprehensif…readers friendly. Ini tahun pertama saya menjadi in house corporate lawyer. Pengetahuan seperti inilah yang saya butuhkan sebagai “alat komunikasi” saya sehari-hari dengan tim finance dan direksi. To have the same language…
    Terima kasih banyak.

  12. danis

    mas kalo di perbankan pendapatan bunga dan beban bunga itu masuk dalam hitungan EBIT atau tidak? karena termasuk dalam pendapatan dan beban operasi? mohon infonya

  13. Hurrah, that’s what I was exploring for, what a data! existing here at this web site, thanks admin of this web site.

  14. lia

    saya ingin menanyakan, bagaimana perhitungan EBITDA dengan menggunakan acuan data berupa laporan keuangan konsolidasian, karna untuk menentukan interest, depreciation, dan amortization sedikit kurang paham. trimakasi..

  15. Didy

    Mantap nih, kmren sy jg ada kasus sperti ini.

    tks bos

  16. Pingback: laporan keuangan pajak yayasan | PDF Finder

Leave a comment